Mengisi hari libur kuliah, setiap hari sabtu, saya membantu menggantikan ayah saya mengajar di sebuah Madrasah Tsanawiyah Swasta yang dirintis oleh tokoh masyarakat di tempat saya tinggal, termasuk ayah saya. Dengan kondisi fisik bangunan yang jauh dari standar nasional. Tetapi proses belajar mengajar harus tetap berlangsung, saya mengajar bidang studi agama tepatnya Aqidah Akhlak kelas 3. Ghirah atau kemauan anak untuk belajar sangat rendah, seorang gurupun tidak bisa memaksa karena fasilitasnya yang kurang memadai, sehingga muridnya juga pasif.
Dalam bidang studi saya materi yang diajarkan tidaklah terlalu berat, karena menyangkut moral dan pengetahuan agama yang umum, hal tersebut tidak terlalu sulit untuk disampaikan, asalkan ahlak anak itu baik, mudah bagi saya memberikan nilai 8, tetapi saya merasa mereka layak mendapatkan lebih dan sebagai guru saya ingin melihat semangat belajar mereka yang tinggi. Upaya saya menyiasati kondisi ini adalah dengan mengajarkan materi tidak hanya di kelas tetapi diluar kelas, seperti ada bab yang membahas tentang “Akhlak Terpuji Terhadap Lingkungan Flora dan Fauna”, saya ajak mereka belajar di taman dekat sekolah, sehingga suasananyapun bisa lebih kondusif untuk memahami materi. Dan pada setiap hari minggu ada pelajaran tambahan yaitu membaca al-qur’an dengan menggunakan nada Qira’at (Tilawatil Qur’an) ayat yang dipelajari pun sesuai dengan materi pelajaran pada hari sabtu, dengan demikian suasana belajar lebih menarik. Itu adalah salah satu upaya kreatif saya yang memadukan antara kemampuan saya mengaji dan kewajiban saya sebagai seorang guru.